Jumat, 23 Januari 2009

Kekerasa Dalam Dunia Pendidikan

Kekerasa Dalam Dunia Pendidikan

Sekolah merupakan salah satu wadah formal untuk menuai pendidikan namun apa jadinya jika sebuah lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menjadikan peserta didik menjadi orang yang berpendidikan justru terdapat tenaga pengajar yang bersikap arogan bahkan anarkis? Tercapaikah keinginan pemerintah daerah untuk membentuk peserta didik yang nantinya menjadi salah satu calon pemimpin daerah ini?

Laporan : Yeni Oktavianti

Bukan menjadi permasalahan yang baru jika dunia pendidikan saat ini kerap bersentuhan dengan kekerasan, lihat saja beberapa media lokal maupun non lokal kerap kali menyajikan pemberitaan mengenai kekerasan yang dialami oleh peserta didik, namun kali ini fenomena yang terjadi di SMPN 7 Sarjo sangat riskan, biasanya korban kekerasan dalam dunia pendidikan adalah peserta didik sendiri, namun kali ini terdapat juga kekerasan dilingkungan pendidikan, kali ini agak langka memang, pasalnya yang merasa dicemarkan bahkan mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari AB (guru ) tetap di SMPN 7 Sarjo, sementara yang merasa mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan justru kepala sekolah yang nota bene adalah pemimpin di lingkungan sekolah tersebut.
Merasa tidak pernah mendapat tanggapan yang serius dari Dinas Pendidikan.Nurdin (Kepsek SMPN 7 Sarjo) yang ditemui tim redaksi mengungkap keluh kesahnya semasa dirinya mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari bawahanya, “ sebagai kepala sekolah saya merasa kehilangan wibawa, seolah olah sudah tidak ada lagi jarak antara Kepsek dengan staf gurunya, merasa bosan bahkan jenuh karena AB sering melakukan tindakan yang anarkis bahkan berusaha memprofokasi rekan-rekan guru yang masih berstatus honor dengan Isu penggelapan, padahal sama sekali saya tidak melakukan hal tersebut, ungkap Nurdin
Nurdin menambahkan jika dirinya sudah bosan memperingati bahkan mencari tahu apa motif permasalahan yang melatarbelakangi hingga menjadikan AB jadi tidak hormat,hingga kemudian Nurdin mengambil sikap untuk mengadukan hal tersebut kepada Dinas Pendidikan, oleh Dikjar dirinya diminta memasukkan surat pengaduan, namun sudah dua kali pula Nurdin mengadukan permasalahan yang dialaminya kepada Dinas Pendidikan,dan hingga kini tidak mendapat tanggapan yang serius, terakhir dirinya memasukkan surat pada minggu ke dua di bulan Agustus 2008 yang lalu.
“ sudah cukup lama saya bersabar, dan harus menerima perlakuan tidak hormat dari bawahan saya, yang saya takutkan bukannya apa-apa, tapi saya hanya tidak ingin sekolah yang saya pimpin terkesan sebagai sekolah yang tidak patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, sekolah adalah wadah untuk menjadikan manusia menjadi baik, lalu apa jadinya jika tenaga pendidik yang terkesan arogan, takutnya ini berpengaruh terhadap perkembangan siswa didik disini (SMPN 7-red).
Sementara itu Kadis Dikjar Matra M Jufri SH yang dikonfirmasi via Telepon menampik jika ada guru yang terkesan arogan seperti apa yang dikatakan oleh Kepseknya, “ tidak ada kejadian apa-apa disana, semuanya biasa-biasa saja, bahkan saya sudah menurunkan tim pemantau disana,”kata Jufri
Merasa tidak puas dengan pernyataan Jufri, Nurdin akan menempuh jalur hukum yang nantinya bisa membuktikan benar tidaknya kejadian tersebut.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar